Hasil Pemilihan Presiden 2014 dan KAMMI : Sebuah refleksi sikap kader KAMMI terhadap dinamika politik Indonesia (Part 1)

“Amanah itu akan diberikan kepada kita kalau kita siap, dan semua sudah tertulis di Luahul Mahfu”

– Wahyu Dani Woro

Berbicara tentang Pemilu Presiden Republik Indonesia 2014, isu ini sudah pasti menjadi perhatian utama bagi masyarakat Indonesia, khususnya dari tahun 2013. Hal ini dikarenakan setiap institusi politik Indonesia sudah mempersiapkan calon-calonnya berikut strategi pemenengan setahun sebelumnya, bahkan lebih lama. Pembuktian persiapan tersebut akhirnya terjawab pada tanggal 22 Juli 2014, dimana Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI 2014 mengumumkan Calon Pasangan Presiden dan Wakil Presiden RI 2014, Joko Widodo dan Jusuf Kalla keluar sebagai pemenang Pilpres RI 2014 atas Calon Pasangan Presiden dan Wakil Presiden, Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa dengan selisih suara 8.370.732 suara (http://www.jawapos.com/baca/artikel/4819/Sah-Jokowi-Pemenang-Pilpres) dan , tentunya, dinamika terkait tentang Pemilu Presiden 2014 yang belum sepenuhnya berakhir, akhirnya timbul pertanyaan-pertanyaan dalam menyikapi momentum tersebut. Kader KAMMI Brawijaya, khususnya KAMMI angkatan 2010, menyikapi momentum ini dengan menggelar diskusi politik via aplikasi Whatsapp pada tanggal 23 Juli 2014 dari jam 08.00 – 11.00 dengan narasumber Ketua KAMMI Wilayah Jawa Timur, Akh Wahyu Dani Woro, yang dimoderasi oleh moderator kita, Akh Deki Kunanjar, Fakultas Pertanian 2010.

Sesi diskusi ini dibuka oleh Akh Wahyu dengan statement bahwa “KAMMI itu adalah gerakan ekstraparlementer”. Dasar ini penting karena memang KAMMI bukanlah organisasi yang berdiri di atas birokrasi kampus, pemerintahan, ataupun bagan organisasi-organisasi lain yang bercorak politik, tetapi berdiri di atas kaki sendiri (baca: independen). Terpisah dari bagan-bagan. Berdasar dari dinamika politik domestik Indonesia yang ada kemahasiswaan kampus maupun pemerintahan tentu perihal organisasi yang dipegang oleh KAMMI, namun secara tidak langsung KAMMI dapat mempengaruhi dinamika di dalam kampus berikut pemerintahan melalui pemikiran kader-kader KAMMI. Dengan kata lain, KAMMI memutuskan kebijakan atas dasar nilai-nilai yang dipegang oleh KAMMI dengan mempertimbangkan amar ma’ruf nahyi mungkar dari suatu kebijakan yang dikeluarkan oleh pemegang kebijakan tanpa ada alur intstruksi yang mengekang KAMMI dalam mengambil suatu kebijakan.

Kembali ke topik utama, timbul pertanyaan tentang bagaimana seharusnya sikap kader KAMMI terhadap Pilpres 2014 ini. Dalam pemaparannya, Akh Wahyu menyatakan bahwa penentuan sikap tersebut tidak akan terlepas dari dinamika konstelasi politik nasional yang terjadi berikut dinamika internal di KAMMI itu sendiri. Beliau memberikan contoh akan pengambilan keputusan dalam bagan struktur KAMMI yang berbeda-beda antara KAMMI PP dan KAMMI masing-masing Wilayah (melingkupi Provinsi), dimana KAMMI PP tak mengeluarkan kebijakan tertentu yang spesifik, lebih kepada arahan umum tanpa mendukung salah satu calon pasangan presiden dan wakil presiden dan lebih bersifat menghimbau masyarakat untuk tetap tenang dalam menerima keputusan KPU dengan terus menjalankan salah satu fungsi organisasi KAMMI sebagai pengawal kebijakan pemerintah baru nanti (http://www.republika.co.id/berita/pemilu/menuju-ri-1/14/07/23/n95jpr-kammi-hormati-kerja-keras-dan-keputusan-kpu). Kebijakan ini, menurut beliau, merupakan kebijakan yang “ambigu”, karena tidak memberi arahan yang jelas terkait posisi KAMMI dalam mengawal harus seperti apa, apakah oposisi atau partner pemerintah. Dengan kebijakan “ambigu”dari KAMMI PP itulah, KAMMI Wilayah masing-masing berperan penting dalam mengolah isu Pilpres 2014 ini. Hal ini dikarenakan tiap daerah mempunyai otonomi yang kuat dalam mengatur daerahnya masing-masing, dan pada akhirnya KAMMI Wilayah masing-masing mempunyai sikap dalam menyikapi isu ini. Akh Wahyu mengambil contoh KAMMI Wilayah Yogya yang mengambil sikap oposisi siapapun presiden terpilih.

Pemaparan di atas merupakan “pembuka” dalam diskusi tentang Pilpres 2014 agar setidaknya kita paham bagaimana latar belakang gerak KAMMI selama ini dalam konstelasi politik nasional. Akh Wahyu membagi diskusi ini menjadi 3 sesi utama, yakni konstelasi politik mahasiswa, peran KAMMI dalam perpolitikan nasional, dan Pemilu dalam bingkai menuju kekuasaan. Tulisan kali ini akan terfokus pada pembahasan sesi pertama, yakni konstelasi politik politik mahasiswa Indonesia.

Menurut Akh Wahyu, spektrum gerakan mahasiswa Indonesia sebetulnya tidak hanya dalam ruang lingkup Indonesia saja, tetapi dunia. Beliau menyebutkan posisi KAMMI menjadi penting dalam perjalanan konstelasi politik domestik-internasional dijelaskan secara tersirat dalam buku Clash of Civilization karangan Samuel Huntington. Sedikit catatan, CoC karangan Huntington ini mempunyai hipotesis bahwa saat ini yang berkompetisi bukanlah sekedar negara bangsa, tetapi sudah masuk ranah ideologi, yakni antara ideologi “Barat” dengan Islam-Timur (Confucianism-Tiongkok). Lanjut ke dalam gerakan mahasiswa secara umum, Akh Wahyu menilik momen pasca Krisis Moneter 1998 (sekitar tahun 2000-an), disaat mahasiswa menjadi prominent actor (aktor utama) dalam peralihan kekuasaan dari Orde Baru menjadi Masa Reformasi. Terbentuknya BEM SI menjadi tonggak pertama (pasca ’98) bersatunya mahasiswa dari seluruh Indonesia sebelum pada akhirnya “terpecah” menjadi beberapa gerakan integrasi yang lebih kecil seperti BEM Nusantara dan BEM Nasional. Mencoba menjawab pertanyaan dari mas Wahyu terkait sebab BEM SI dikatakan sebagai gerakan mahasiswa terbesar, beberapa peserta diskusi memberikan opininya yang secara singkat dapat disimpulkan bahwa belum adanya wadah perekat antar gerakan-gerakan mahasiswa yang masih berkutat pada isu mikro dan tidak mempunyai kekuatan besar untuk mengawal kebijakan yang bersifat nasional menjadi motif terbentuknya BEM SI. Sejalannya dengan waktu, friksi internal BEM SI yang berakar dari perbedaan Ideologi membuat terbentuknya gerakan mahasiswa yang berfokus pada isu-isu makro selain BEM SI, seperti BEM Nusantara dan BEM Nasional (terkait motif dalam perpecahan BEM SI sendiri, dapat dibahas dalam forum tersendiri karena cukup sensitif untuk dipublikasi) . Komposisi setelah perpecahan terebut membuat BEM SI lebih stabil dan momentum ini diisi oleh universitas-universitas yang BEM nya dikelola oleh kader KAMMI. Ini menandakan bahwa KAMMI memegang peranan penting dalam gerakan nasional dan dunia. Jika pengaruh nasional sudah terlihat “biasa” bagi organisasi nasional, kata “dunia” menjadi cukup menjadi “core attention” (perhatian utama) yang dipicu dari pertanyaan “bagaimana KAMMI dapat mempengaruhi dunia?”.

Perbandingan budaya politik (khususnya anak muda) di Turki, Chile dan Amerika dalam melihat dinamika politik nasional di masing-masing negaranya menjadi “starting point” (titik tolak) dalam memahami pertanyaan di atas. Di Chile terdapat Camila Valejo, yang merupakan aktivis mahasiswa dari partai sayap kiri (komunis) dan pernah menjadi Presiden Mahasiswa dari FECH, bahkan pada tahun Desember 2011, ia termasuk “TIME Person of the Year” oleh majalah TIME Internasional (http://www.time.com/time/specials/packages/article/0,28804,2101745_2102309_2102448,00.html) Turki di pemilu adalah berasal dari sayap gerakan mahasiswa AKP Turki. Beliau memberikan keterangan bahwa sayap gerakan mahasiswa beranggotakan 5 juta mahasiswa yang terdiri dari 2 juta ikhwan dan 3 juta akhwat, tentu dengan status mahasiswa yang masih aktif berkuliah. Beralih ke Amerika dengan pembahasan budaya politik anak mudanya, kalangan anak muda negeri Paman Sam tersebut sudah menentukan pilihan bahkan semenjak SMA, dan memang para pemilih di AS ini cukup loyal saat sudah memilih dari salah satu partai (Republik atau Demokrat). Dari ketiga contoh kasus ini, kita dapat menyimpulkan bahwa pemahaman dan wawasan politik bangsa negara dalam tataran grassroot , terlebih lingkup anak muda, sangat dibutuhkan dan sebetulnya bukan sesuatu yang “tabu” untuk dibicarakan, justru seharusnya anak muda sudah dapat menentukan sikapnya terhadap pilihan politik mereka , dan menjauhi dari bersikap “anti-politik”. Inilah yang menjadikan gerakan mahasiswa penting untuk hadir di lingkungan mahasiswa, dengan bertujuan agar mahasiswa “tidak buta politik”, tidak mengganggap bahwa politik hanya sekedar mengandung kebohongan, kelicikan, dan berikut hal-hal buruk lainnya. “Penyakit” tentang adanya pembutaan politik ini berasal dari paham “sekularisme” dalam gerakan mahasiswa, dimana mahasiswa hanya diarahkan untuk tetap fokus pada hal-hal di luar lingkungan politik, dengan slogan-slogan kosong seperti “mahasiswa itu belajar akademik, fokus studi, dapat beasiswa, menjadi enterepreneur, . Lain lagi di Turki, Akh Wahyu menyebutkan bahwa salah satu kunci kemenangan AKP berprestasi akademik, tidak ikut campur dalam kebijakan dekanat/rektorat terlebih pemerintahan nasional”. Slogan-slogan kosong itulah yang akhirnya membuat mahasiswa tidak kritis dalam menghadapi persoalan bersifat makro, bahkan mungkin “seremeh” fenomena sosial yang ada di sekitarnya karena terlalu fokus pada “diri sendiri”. Pada akhirnya, akibat dari fenomena tidak kritisnya mahasiswa saat ini menjadikan gerakan mahasiswa tidak bagus karena yang menentang bukan lagi pihak eksternal mahasiswa, tetapi justru dari dalam tubuh mahasiswa itu sendiri, yang akhirnya saling mengganggap “duri dalam daging” satu dengan lainnya. Selesainya pemaparan sesi pertama ini diikuti oleh pertanyaan dari audiens, salah satunya adalah dari Akh Ade yang menanyakan bagaiaman dengan ornop (organisasi non-politik di Indonesia) supaya tidak dikatakan korupsi atas idealisme, cita-cita perjuangan, dsb berikut hubungannya dengan posisi pemerintah dan negara. Pertanyaan ini dijawab dengan ringkas oleh Akh Wahyu dengan menggarisbawahi bahwa tidak ada organisasi non politik karena sekali lagi, penyebutan organisasi non politik (semacam ormas, dsb) hanya bersifat slogan atau “simbol”, tetapi secara substantif/esensinya adalah gerakan politik. Hal ini tidak terlepas dari kepastian dari adanya “kecenderungan” dalam diri manusia (yang merupakan sumber daya utama dalam menggerakan organisasi) untuk memilih pilihan diantara pilihan yang ada, walau itu sedikit kadarnya tetap ada kecenderungan.

Dengan berakhirnya sesi pertama karena dibatasi oleh waktu, akh wahyu memberikan kutipan dan kesimpulan yang ringkas. Pertama, terkait Pilpres 2014, beliau memberikan kutipan yang berupa Hadits Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wassalam yang menyatakan :

“ Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh tipu daya, dimana pendusta dipercaya, dan orang jujur didustakan, pengkhianat diberi amanah dan orang yang amanah dikhianati” (HR. Al-Hakim)

Kedua, seperti halnya kutipan yang tertera di awal tulisan, beliau memberikan pernyataan bahwa amanah itu akan diberikan kepada kita kalau kita sudah siap , dan semua sudah tertulis di Kitab Kehidupan (Lauhul Mahfudz). Dengan ringkasan di atas, demikian sesi pertama dari diskusi politik dari KAMMI angkatan 2010. Harapannya, dengan adanya tulisan ini kita dapat mendapatkan beberapa wawasan dasar untuk memahami gerakan mahasiswa serta menjadi titik tolak untuk mengetahui sejarah yang ada untuk memperbaiki keadaan yang ada saat ini, khususnya terkait wawasan politik nasional. Selanjutnya, silahkan ditunggu part ke-2 ataupun part ke-3 untuk mendapatkan pemahaman yang komprehensif dalam mengikuti diskusi ini. Sebagai penutup, terdapat kutipan dari Malcolm X yang relevan dalam mengomentari keadaan pilpres 2014 ini.

“The Media’s the most powerful entity on earth. They have the power to make the innocent guilty and to make the guilty innocent, and that’s power. Because they control the minds of the masses.” (Malcolm X)

Penulis:

Dennis Wahyudianto

087859226048

@denniswahyu

http://www.denniswahyudianto.tumblr.com

Dalam Tarian Dakwah

Diskusi Bersama Yanuar Pahlevi

 

Mendengar kata ‘dakwah’ mungkin ekspresi yang mendengarnya akan berbeda-beda. Ada yang mungkin bertanya ‘apa itu dakwah?’, ada yang hanya mengernyitkan dahi, ada yang mengendikkan bahu tak mau tahu, atau ada pula yang justru smakin membara semangat untuk mengamalkan ketika mendengar kata ‘dakwah’ dan segala 1001 cerita tentangnya. Nah ekspresi terakhir ini  yang akan saya bahas, bersama Kak Yanuar Pahlevi Presiden BEM KM UGM 2013 yang kemarin ngobrol asik bersama KAMMI 2013 tentang berdakwah di kampus.

Kalau  Kampus Brawijaya dilihat dari atas kemudian mahasiswa yang punya keinginan dan kemauan untuk berdakwah diwarnai merah sementara selain itu berwarna biru maka akan terlihat warna warna merah itu bagai kapal di atas samudra luas. Iya!Sudah Sunnatullah bahwa dari zaman unta sampai zaman unta jadi pp facebook bahwa orang-orang yang berusaha menegakkan ajaran Islam selalu lebih sedikit dibanding orang-orang yang inginnya benar sendiri saja atau cukup tahu saja. Tapi bukan berarti sedikitnya jumlah menjadi penghalang dakwah, justru itu malah jadi bensin motivasi yang menambah semangat para kader dakwah!

Berbicara tentang ‘dakwah’ di kampus, begitu banyak orang berpendapat tentang hal ini. Tapi satu hal yang saya garis bawahi menurut Bang Yanuar bahwa banyak orang yang ngakunya dakwah padahal aplikasinya belum berdakwah. Hemm tentunya jadi teguran tersendiri ya bagi kita,aktivis dakwah. Sementara makna dakwah sendiri adalah mengajak kembali orang-orang pada Islam. Apakah sudah benar-benar berdakwah? Atau sekedar melabeli diri sebagai aktivis dakwah? Tentunya ini jadi pr bagi kita semua untuk menjadi da’i yang lebih baik lagi. J

Ada yang mengatakan bahwa jika kau ingin terbang tinggi maka terbanglah sendiri tapi jika kau ingin terbang dalam waktu yang lama maka terbanglah bersama. Dan saya yakin ini juga berlaku dalam dakwah. Bahwa ketika kita berdakwah dalam jamaah, maka tentunya saat jatuh ada yang mengulurkan tangan, saat lelah ada yang menawarkan segelas air, saat tersenyumpun ada pula yang ikut tersenyum bersama kita. Maka atas kesadaran itu munculah pergerakan pergerakan dengan visi misi mereka sendiri. Dan inilah KAMMI sebuah pergerakan yang tujuannya untuk berdakwah!

Tentu saja bagi mahasiswa setengah baru 2013 pemahaman pemahaman tentang pergerakan tak berhenti dicerna. Banyak hal tentang ke KAMMI an yang belum sempurna kami pelajari, seperti halnya dalam perekrutan kader baru yang biasa disebut DM (Dauroh Marhalah). Ketika pergerakan Kammi membutuhkan tonggak-tonggak baru yang kudu mengisi dan menjadi masinis baru bagi dakwah ini maka kader KAMMI pun berlomba-lomba menggaet wajah-wajah baru untuk dijadikan the next great leader lewat DM 1. Yang digaris bawahi, ketika merekrut kader baru yang pada nyatanya dia sudah mumpuni dalam agama apakah itu bisa disebut dakwah yang maknanya mengajak kembali kepada Islam? Maka pilihannya ada 2, karena kader yang mengerti agamapun sangat dibutuhkan untuk menguatkan jamaah  untuk berdakwah atau hanya sekedar menguatkan dan memperbesar ‘kelompok’ secara cepat saja? Inilah yang harus kita instropeksi, catatanya dalam merekrut kader jangan pernah pilah-pilih karena semua kalangan adalah target operation kita! Dan luruskan kembali niat kita untuk berdakwah yang sesungguhnya. J

Dalam berdakwah pun kita mengetahui akan beberapa lini yang berkesinambungan dan tak dapat dipisahkan. Di antaranya yaitu siyasi dan syiar. Yang menimbulkan banyak pertanyaan ketika kader-kader kurang berkenan dalam dakwah syiar, tetapi terlihat ambisius dalam dakwah siyasi. Seakan-akan secara kasarnya KAMMI bagai kendaraan untuk memperoleh jabatan yang tinggi. Nah dengan kerennya Bang Yanuar menjawab, sebenarnya masalah yang lebih besar  terdapat pada kader yang lurus-lurus saja tanpa ambisi karena itu dapat mematikan dakwah! Sementara orang-orang penuh ambisi ini dapat diarahkan untuk mengerti akan makna dakwah. Di samping itu juga karena lebih mudah menempatkan orang yang punya kemauan dan profesional daripada orang yang sebenarnya profesional tapi kemauannya nol. Dan bisa jadii ini teguran bagi kita para kader yang sudah paham makna dakwah tapi tidak punya ambisi sama sekali.

Maka mulai saat ini mari kita kaji diri masing-masing, bagaimanakah menjadi da’i yang seharusnya? Luruskan niat untuk memahami dakwah secara keseluruhan, bahwa dakwan bukan masalah kelompok, kelompok hanya sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan dakwah itu sendiri yaitu kembalinya umat kepada Islam, kepada Al-Quran dan Assunnah. Karena Islam itu indah dan biarkan orang-orang pun melihat keindahannya lewat tarian dakwah kita. J

 

Penulis

Zakiyah Nur Aini

KAMMI 2013

Geliat Dakwah Siyasi

Narasumber : Adilla Wahyu Rahmadian FK 2007

Moderator : Elmo Juanara

Kata Pelontar

“Berbicara terkait dakwah, maka ada sebuah keunviersalitasan disana. Ada ranah baru yang dapat membuat dakwah subur.

KAMMI yang merupakan gerakan mahasiswa, terlahir dari rahim LDK (Lembaga Dakwah Kampus) dan juga merupakan gerakan yang berbasis masjid, mulai menapakkan langkah baru.

Setelah usai tugas dalam era reformasi, KAMMI merubah format gerakannya, menjadi gerakan ekstra kampus. Mulai saat ini menapakkan langkahnya ke ranah yang baru, mengekspasi kader-kadernya ke berbagai lembaga-lembaga besar di kampus dan mulai menjadikan dirinya gerakan ekstra parlementer.

Disinilah mahasiswa tarbiyah mulai meniti ranah dakwah baru. Membuat dakwah lebih maju, lini siyasi.

Selamat datang di Geliat Dakwah Siyasi!”

 

Diskusi sore itu merupakan diskusi kedua sejak diadakannya diskusi angkatan via WhatsApp oleh grup KAMMI 2012. Sore itu diskusi dinarasumberi oleh pemateri yang luar biasa, akhina Aldilla Wahyu Rahmadian FK 2007 yang merupakan Presiden BEM FK UB 2010. Setelah menyampaikan overview dari moderator dan sempat presensi peserta diskusi, diskusi pun di mulai.

Di buka dengan sebuah pertanyaan dari akh Aldilla. Beliau melontarkan tiga pertanyaan yang mesti dijawab oleh semua peserta diskusi dan langsung dijawab via jaringan pribadi langsung ke beliau.

  1. Kenapa antum pilih terjun di pergerakan mahasiswa?
  2. Kenapa antum pilih KAMMI?
  3. Apa yang antum harapkan dari keputusan yang sudah antum ambil (ikut pergerakan dan memilih KAMMI)?

Setelah semua peserta menjawab, beliau menarik kesimpulan. Bahwa semua jawaban yang di jawab oleh peserta diskusi, adalah jawaban yang idealis, pas ciri khas mahasiswa. Dan beliau berpesan untuk terus memegang ideologi tersebut sampai nanti lulus sekalipun. Ideologi yang idealis, ya khas mahasiswa.

Selanjutnya, beliau mulai menjelaskan terkait kondisi KAMMI di UB, khususnya lini siyasi yang ada di UB. Beliau sempat mengatakan bahwasanya “Siyasi diterapkan dengan kurang pas, kurang tepat komposisinya.” “Lahan implementasi konsep-konsep siyasi itu luas” lanjut beliau.

Begitu menjelaskan seperti itu, beliau bertanya kembali, “Mihwar apa sebelum mihwar muassasi?” Beberapa peserta diskusi menjawab, “Tandzimi!” Lalu beliau melanjutkan, “Mihwar apa sebelum mihwar tandzimi?” kali ini semua peserta diskusi terdiam. Setelah beberapa lama waktu berputar, akhirnya beliau menjawab sendiri, “Mihwar Sya’bi!”

Setelah itu barulah kami tahu, penjelasan masing-masing dari mihwar tersebut. Mihwar Sya’bi adalah fase dimana dakwah masih berupa pelayanan. Poros awal dakwah bergeliat, adalah di mihwar ini. Dakwah bergeliat hingga mampu bermertamorfosis melalui mihwar ini, fase pelayanan kepada objek dakwah.

Mihwar tandzimi adalah mihwar selanjutnya setelah mihwar sya’bi. Dimana saat kita sudah mulai melembaga, mempunyai struktur, maka fokus kita akan tetap ke pelayanan.  Dan terakhir adalah sekarang, sebuah fase yang sedang kita menuju ke arah sana. Mihwar muassasi, dimana fase tersebut kita sudah mulai masuk ke ranah-ranah pemerintahan. Mulai ada kekuasaan yang di perebutkan disana.

Yang perlu digaris bawahi disini, bahwasanya akh Aldilla menegaskan, jika sekarang kita sudah berada di mihwar tandzimi atau bahkan mihwar muassasi tetapi tak kunjung ingat dan bahkan lupa dengan tujuan kita, yaitu ta’tsir amm bil mashlahah (mempengaruhi dengan kemashlahatan) di samping takwinul ummah (kaderisasi/ pembentukan). Ya, pelanyanan! Maka keberadaan dakwah akan sangat gampang dijatuhkan, sangat mudah dilumpuhkan, dan sangat goyah dengan ancaman-ancaman pihak lain.

Pembahasan berlanjut semakin menarik, hal tersebut di implementasikan ke KAMMI UB. Apa yang sudah KAMMI lakukan untuk UB? UKT? SPP Progresif? Dan apa prestasi KAMMI?

Beliau menjelaskan, bahwasanya KAMMI di UB tidak ada. Yang ada hanya kader-kader KAMMI. Secara awal, KAMMI adalah gerakan ekstra kampus yang bergerak untuk Melayani masyarakat. Jika ada orang mengatakan bahwa KAMMI ada di UB, itu kurang tepat, karena KAMMI ada di luar kampus, dan yang ada di kampus hanya kader-kadernya.

Berbicara tentang ekstra kampus, maka perlu di tuntut sebuah keprofesioanlitasan disana. Ketika kader KAMMI berada di kampus, jadilah ia seorang pejabat publik atau pemimpin yang benar-benar membawa nama lembaganya, tidak ikut-ikutan membawa nama KAMMI. Sebaliknya jika diluar kampus, gaungkanlah nama KAMMI dan buatlah KAMMI menjadi bermanfaat bagi masyarakat banyak.

Identitas KAMMI di kampus tidak usah terlalu di pertunjukkan, cukup tunjukkan dengan kinerja, berikan pelayanan terbaik, ingat walaupun mihwar kita sudah mencapai mihwar tandzimi atau bahkan muassasi, mihwar dasar kita ada sya’bi, pelayanan.

Diskusi itu di akhiri sebelum adzan maghrib berkumandang. Diskusi sore itu kembali merefresh pemahaman kita akan identitas kita sebagai kader KAMMI.

Kata Peletup

“Sejauh apapun dakwah kita melangkah, ingatlah akan fase awal ktia, salah satu tujuan dakwah adalah pelayanan.

Tunjukkan profesionalitas KAMMI di intra kampus dan gaungkan se gaung-gaungnya kontribusi atas nama KAMMI di ekstra kampus untuk melayani masyarakat.

Karena KAMMI hadir untuk MELAYANI”

 

Penulis :

Elmo Juanara

081807538830

@ElmoJuanara

http://www.ElmoJuanara.blogspot.com

Nabi Yunus dan Kepasrahan

“Dan (ingatlah kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya) maka ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap: ‘Laa ilaaha illa anta subhanaka innii kuntu mina dzolimiin (Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang lalim.)’” (QS. al-Anbiya’: 87).

Singkat cerita, pada saat nabi Yunus pergi meninggalkan kaumnya yang selalu menolak dakwahnya, kapal yang ditumpanginya hampir tenggelam. Nahkoda dan kru kapal sudah membuang semua muatan yg berlebih, namun kapal masih belum bisa stabil. Hingga akhirnya nahkoda memutusan harus ada satu orang yg dibuang ke lautan. Setelah 3 kali diundi, selalu nama nabi Yunus yang keluar, sehingga dengan berat hati nahkoda harus melempar beliau ke laut. Nabi Yunus pun pasrah.

Di kegelapan malam, terombang ambing di lautan, nabi Yunus diselamatkan oleh seekor ikan Nun ke dalam perutnya. Ada riwayat yang bilang, ikan yang menelan nabi yunus kemudian ditelan lagi oleh ikan yang lebih besar, kemudian turun ke dasar lautan. Hiduplah nabi Yunus dalam kegelapan yang berlapis-lapis.

Dalam perut ikan nabi Yunus menangis, menyadari kesalahannya, bertasbih dan memohon ampun kepada Allah SWT.

Kita perhatikan doa indah yg dibaca nabi Yunus, ’Laa ilaaha illa anta subhanaka innii kuntu mina dzolimiin (Bahwa tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang lalim).Doa indah dan sederhana, indah dan mesra. Yang ada hanya kepasrahan, percaya bahwa Allah akan beri yang terbaik untuknya. Tidak seperti teori doa-doa yang sekarang beredar di masyarakat, harus mendetail, harus dibayangkan, agar bisa segera dikabulkan. mungkin kita bisa berkaca pada pada doa nabi Yunus tadi.

Berkat doa tadi, yang bahkan nabi Yunus tak membayangkan apa yang akan didapatnya, hanya mengakui kekerdilan diri di hadapanNya, Allah limpahkan karunia yang luar biasa

Setelah tiga hari berada dalam perut ikan, nabi Yunus akhirnya dikeluarkan. Beliau tak perlu repot-repot berenang ke tepian, karena ikan itu yang mengantarnya ke daratan.

“Kemudian Kami lemparkan Yunus ke daratan kering, sedang dia dalam keadaan sakit. Kemudian untuknya Kami tumbuhkan pohon dari jenis yaqthin.” (QS Ash Shaaffaat [37]: 145-146)

Dalam keadaan ringkih, nabi Yunus meraih buah yang didekatnya. Seketika tenaganya kembali lagi, dan setelah keadaannya pulih ia kembali ke kaumnya. Ternyata Allah masih menyiapkan kejutan yang lain untuknya. Kaum yang tadi menentangnya, kini seluruhnya yang berjumlah lebih dari 100.000 orang sudah beriman pada Allah. Dakwah nabi Yunus berjaya, berkat pengakuan atas ketidakberdayaannya, atas kelalaiannya.

Ditengah semua hajat kita (pilpres, kuliah, amanah, dll), jangan lupa selipkan kepasrahan kita padaNya. Tugas kita berusaha, ikhtiar, dan berdoa. Jadikan kepasrahan itu energi penyemangat saat hasil yang didapat tidak sesuai dengan keinginan kita. Kullu maa qaddarAllahu khair, semua yang telah ditakdirkan Allah adalah baik.

9 Juli 2014, GS M352, bertepatan dengan Pemilu presiden, semoga Indonesia mendapatkan pemimpin terbaik

Laa ilaaha illa anta subhanaka innii kuntu mina dzolimiin

 

source: http://auliyanusyura.tumblr.com/post/91196638920