#PersiapanCalonIstri by @crystaluscious

cristalus


 

Istri… hmmm, wanita hebat di belakang suami | Hebatnya karena tempaan diri | Madrasah pertama bagi anak2nya pula 1 #PersiapanCalonIstri


Menjadi istri itu mudah | Tanpa ilmu pun bisa | Tapi masa’ mau jadi istri yang biasa2 aja? Ga kan? 2 #PersiapanCalonIstri


Sejak muda, asahlah bakat keibuan dan kedewasaan mu |Karena anak kita layak mendapat ibu yang dewasa 3 #PersiapanCalonIstri


Hafalan Qur’annya jgn lupa ditingkatin |Kelak saat hamil, si anak bakal seneng bgt dlantunkan bcaan Qur’an dr ibunya. 4 #PersiapanCalonIstri


Berlatihlah sabar sejak sekarang | Karena engkau akan sering bangun malam kelak saat anakmu menangis. 5 #PersiapanCalonIstri


Belajarlah mengatur keuangan| Istri itu manajer keuangan rumah tangga| Biarkan suamimu fokus mencari, km yg mengelola. 6#PersiapanCalonIstri


Kmampuan mempercantik diri itu penting |Berikan yang tercantik untuk suami seorang |Jangan sering Continue reading “#PersiapanCalonIstri by @crystaluscious”

Debat Ekonomi Capres: Ulasan Singkat

Dias Satria

Dosen Ilmu Ekonomi, Universitas Brawijaya

PhD student (University of Adelaide)

 

Debat capres terkait masalah ekonomi yang dipandu oleh Prof. Ahmad Erani Yustika sangat menarik untuk disimak. Ini proses pembelajaran yang baik bagi masyarakat untuk melihat bagaimana sebuah strategi pembangunan ekonomi dilihat dari sudut pandang dan perspektif yang berbeda.

Pertanyaan moderator sudah sangat baik mencakup aspek-aspek strategis dan penting dalam ekonomi, seperti: Kemiskinan, Penanaman modal asing, Ketenagakerjaan, demografi (kependudukan), investasi sektor kesehatan, masalah gender dan ekonomi serta masalah ekonomi konstitusi. Disisi lain, moderator juga memberikan pertanyaan mendasar tentang pendekatan ekonomi masing-masing capres terkait dengan ekonomi berdikari (Pak Jokowi) dan ekonomi kerakyatan (Pak Prabowo).

Beberapa isu dan hal yang didiskusikan terkait dengan pandangan ekonomi dari Pak Jokowi, antara lain: TPID, Ekonomi kreatif, E-government, PKL dan Pasar Tradisional, Infrastruktur (Tol Laut dan double track kereta api), Defisit anggaran (APBN) dan Defisit perdagangan, Kartu Sehat dan kartu pintar, DAU dan DAK, Pemasaran produk desa ke luar negri, Ekonomi kreatif  dan Trade barrier di tingkat lokal.

Selanjutnya isu-isu yang di-raise oleh Pak Prabowo adalah: Law enforcement dalam mengatasi kebocoran kas Negara (APBN), Pertanian dan Penyerapan tenaga kerja (Produktivitas, perluasan lahan dan bio-ethanol), Investasi dan Big push ekonomi (i.e. Perbaikan dan penambahan infrastructure), Posisi Daya saing Indonesia dalam ekonomi global (AEC 2015), perbaikan pembangunan manusia (Pendidikan dan kesehatan), Kebijakan terhadap Bank Asing, Bank Tani dan Nelayan, Bio-ethanolTrickle down effectPembangunan ekonomi, Peningkatan gaji (Bidan, Guru dll), Renegosiasi kontrak dan Penguatan Desa.

Hal utama yang harus diapresiasi adalah

Continue reading “Debat Ekonomi Capres: Ulasan Singkat”

Ramadhan, Sarana Pembelajaran untuk Konsisten Beribadah

Oleh: Qonita Rizki Darmawana

Alhamdulillah ‘alaa kuli hal, kita masih bisa menjumpai bulan sya’ban ini, yang mana artinya ramadhan sudah di depan mata, dan semoga kita juga bisa bertemu dengan tamu istimewa tersebut. Baiknya kita berdo’a agar Allah mempertemukan dengan bulan Ramadhan dalam keadaan sehat dan kuat, serta dalam keadaan bersemangat beribadah kepada Allah, seperti : ibadah puasa, sholat, dan dzikir. Telah diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu, bahwa dia berkata, adalah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila memasuki bulan Rajab, beliau berdoa,

Ya Allah berkahilah kami di bulan Rajab & Sya’ban serta pertemukanlah kami dengan Ramadhan.” (HR. Ahmad & Ath-Thabrani)

Allah memberikan nikmat yang paling besar untuk hamba-Nya berupa taufiq untuk melaksanakan ketaatan. Allah juga telah menyampaikan nikmat lain yang terkadang sering kita lupakan yaitu nikmat kesehatan, padahal kita perlu menuntut diri kita agar senantiasa bersyukur. Adapun kita sebagai seorang hamba, hendaknya turut bergembira untuk menyambut hadirnya Ramadhan.

“Telah datang pada kalian bulan Ramadhan, bulan Ramadhan bulan yang diberkahi, Allah telah mewajibkan atas kalian utk berpuasa didalamnya. Pada bulan itu dibukakan pintu-pintu surga serta ditutup pintu-pintu neraka….” (HR. Ahmad)”

Namun, yang menjadi sorotan adalah ketidakkonsistenan ibadah kita saat Ramadhan di bandingkan bulan-bulan yang lainnya. Bisa jadi, saat Ramadhan ibadah kita ibarat “on fire” tapi Continue reading “Ramadhan, Sarana Pembelajaran untuk Konsisten Beribadah”

MEDIA DAN MAHASISWA

Media yang Menggila

Salah satu prasyarat negara yang demokratis adalah adanya pers yang bebas. Bebas dalam hal ini berarti tidak terikat dengan salah satu pihak manapun dan dalam penulisannya menggunakan teknik jurnalistik yang presisi. Itu hanyalah sebuah teori, namun jika kita tarik dalam kondisi politik masa kini, bahkan Amerika sebagai negara yang melahirkan konsep demokrasi dan Swedia sebagai negara yang mendapatkan status negara paling demokratis di dunia pun belum tentu bisa menerapkan bagaimana seharusnya menempatkan media dalam proses berdemokrasi. Salah satu contoh yang paling jelas adalah bagaimana kemampuan Obama memenangkan pemilihan presiden Amerika dengan memaksimalkan media. Dalam konteks ini saya tidak membahas seberapa pintar dan kreatifnya tim sukses Obama, namun saya lebih menekankan bagaimana pengaruh media dalam memberitakan ‘citra’ Obama. Media dalam hal ini sangat berperan dalam melakukan rekayasa persetujuan. Obama yang pada awalnya mendapatkan citra ‘asing’ dalam perpolitikan Amerika, secara perlahan media dapat merubah hal tersebut menjadi ‘unik’. Sehingga menimbulkan kesan berbeda yang lebih positif terhadap masyarakat Amerika. Hal tersebut sejalan dengan teori yang diungkapkan oleh Chomsky, bahwa media massa dapat dijadikan sebagai alat yang ampuh dalam perebutan makna, siapa yang berhasil membangun citra (image) akan mendapat legitimasi publik seperti yang mereka inginkan atau sebaliknya.

Apa yang pernah terjadi di Amerika, mungkin saat ini sedang terjadi di Indonesia. Dalam kontes pemelihan anggota legislatif beberapa waktu yang lalu, kita telah melihat beberapa fakta yang cukup jelas betapa kuatnya peran media dalam perpolitikan Indonesia. Pemberitaan yang tidak berimbang, pengarahan opini masyarakat bahkan sampai penjatuhan lawan politik merupakan beberapa fakta bahwa media saat ini bukan lagi sebagai alat kontroling dalam proses demokrasi. Media telah berubah fungsi menjadi ‘senjata’ yang dimiliki para politisi untuk dapat mengontrol pikiran publik. Terlebih lagi, saat ini beberapa elit partai di Indonesia merupakan pemilik beberapa media yang ada di Indonesia, baik itu media elektronik maupun media cetak. Hal tersebut merupakan sebuah ancaman yang nyata bagi masyarakat Indonesia. Dan seandainya para pemilik media tersebut dapat memenangkan kontes politik pada 2014 ini, akan muncul sebuah kondisi dimana negara ini terkesan ‘akan baik-baik saja’, tentunya dengan segala mekanisme rekayasa persetujuan yang dilakukan oleh media. Suka atau tidak suka, rakyat Indonesia akan menjadi ‘pemirsa demokrasi’ yang sudah terkondisikan jalan pikirannya melalui pemberitaan media. Jika beberapa tokoh politik menyetakan bahwa Indonesia saat ini dalam proses pembelajaran demokrasi, maka permasalahan politik media saat ini akan membawa Indonesia pada kondisi yang lebih buruk dan menjauhkan kita dari demokrasi yang sehat. Bayangkan saja jika 4 pilar demokrasi di Indonesia berasal dari satu tubuh yang sama, maka yang mempunyai kekuasaan untuk menggerakan adalah si pemilik tubuh tersebut, dan hal itu tentunya akan merusak tatanan demokrasi di Indonesia.

 

Politik Media, Momentum Kebangkitan Mahasiswa

Dalam teori demokrasi progresifnya, Lippman meyatakan bahwa dalam sebuah demokrasi, selalu ada 2 kelas dalam masyarakat. Pertama, mereka adalah para ahli, dimana merekalah yang menganalisa, menjalankan dan memutuskan kebijakan. Mereka secara presentasi hanya sedikit. Yang kedua, kelompok lain, yaitu kelompok mayoritas yang mengikuti apapun kebijakan yang ditatpkan oleh para ahli, Lippman menyebutkan kelompok ini sebagai ‘kawanan pandir’. Jika dibahasakan secara sederhana, kelompok ahli tersebut merupakan pejabat/ pemerintah yang berkuasa dan kelompok lain ialah rakyat dari pemerintah yang berkuasa.

Dalam demokrasi yang sehat, kekuasaan yang sesungguhnya ada di tangan rakyat, pemerintah hanyalah sebagai alat untuk menjalankan fungsi dari keinginan rakyat. Namun, dalam kondisi demokrasi yang terjadi saat ini, kekuasaan yang sesungguhnya benar-benar ada di tangan para ahli atau pemerintahan yang berkuasa. Terlebih jika media yang seharusnya menjadi penyambung lidah rakyat, kini berubah haluan menjadi senjata penguasa untuk mengontrol pikiran rakyat.

Kondisi yang saya paparkan sebelumnya saat ini memang benar-benar sedang terjadi di Indonesia, dan saat ini kita pun sedang menikmatinya. Jika kedepannya kondisis tersebut terus berlanjut di negara kita, maka salah satu alternatifnya adalah bagaimana kita dapat menghidupkan kembali gerakan mahasiswa yang saat ini mulai melemah. Seperti yang kita kenal selama ini, mahasiswa merupakan kaum intelektual yang keberadaannya dapat menjangkau penguasa (pemerintah) dan dapat pula menjangkau masyarakat. Mahasiswa harus mulai membangkitkkan kembali budaya diskusi, menumbuhkan budaya peduli dan menegaskan kembali fungsinya sebagai kontrol sosial dan agen perubahan.

Mahasiswa harus mengisi kekosongan yang terjadi dalam mekanisme kontrol terhadap penguasa. Jangan sampai mahasiswa terjebak dalam perangakap individualisme dan budaya persaingan yang berujung pada saling menjatuhkan satu sama lain. Mahasiswa mendapatkan ilmu yang lebih, sehingga sudah sewajarnya mahasiswa memiliki tanggung jawab yang lebih. Jika politisasi dalam kebebesan media ini terus berlanjut dan mahasiswa tidak mampu mengisi kekosongan dalam mekanisme kontroling, maka cepat atau lambat negara ini akan menjadi negara boneka yang dikuasi oleh pemilik modal yang bermain dalam politik media. Mau tidak mau, suka atau tidak suka mungkin jalan inilah yang harus kita tempuh.

 

Malang, 18 Mei 2014                                                                                    

 

Muhammad Rehza Pahlevi, S.IP

Usir Diplomat AS & Australia demi Melindungi Kepentingan Nasional Bangsa Indonesia

JAKARTA – Tindakan Penyadapan yang dilakukan Inteligen AS dan Australia terhadap Presiden RI dan sejumlah Pejabat Indonesia telah mencoreng dan merendahkan Bangsa Indonesia. Ini adalah bentul pelanggaran atas kedaulatan Bangsa Indonesia. Sikap minimalis justru ditunjukkan Presiden SBY dengan hanya memanggil Dubes Indonesia untuk Australia untuk berkonsultasi. Sementara Perdana Menteri Australia mengatakan dengan tegas tidak akan meminta maaf atas segala tindakannya melindungi kepentingan nasional Australia. Sikap Presiden SBY belum mencerminkan ketegasan seorang Presiden dalam melindungi Kepentingan Nasional Bangsa Indonesia.

Membaca kondisi ini, Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMMI) mendesak Presiden SBY untuk berfikir lebih dalam tentang upaya melindungi Kepentingan Nasional Bangsa Indonesia dalam kasus penyadapan oleh AS & Australia ini. Bukan hanya tentang etika hubungan negara bersahabat, kasus Penyadapan ini adalah bentuk ancaman nyata dari AS dan Australia terhadap Kedaulatan dan Keselamatan Bangsa Indonesia. Penyadapan adalah tindakan memata-matai musuh, maka Penyadapan AS & Australia harus dimaknai sikap permusuhan AS & Australia terhadap Indonesia.

“Atas nama Kepentingan Nasional Bangsa Indonesia, Indonesia harus mengusir Diplomat AS & Australia. Ini adalah pesan tegas bahwa Pemerintah Indonesia memiliki komitmen besar melindungi Kepentingan Nasional Bangsa Indonesia, dan siap bertindak tegas kepada siapapun yang mengusik dan mengancam Kepentingan Nasional Bangsa Indonesia”, tegas Ketua Umum KAMMI Andriyana dalam siaran Persnya.

Andriyana menambahkan bahwa Presiden SBY boleh bicara etika hubungan negara sahabat, namun yang jauh lebih penting adalah komitmen dan sikap tegas Presiden SBY dalam melindungi dan menjaga Kepentingan Nasional Bangsa Indonesia. Bila Presiden SBY lambat bersikap tegas atas kasus Penyadapan ini, maka AS & Australia yang menganggap Indonesia musuh, akan memandang rendah Bangsa Indonesia. Sehingga atas nama Kepentingan Nasional Bangsa Indonesia, Pemerintah & Presiden SBY harus segera mengusir Duta Besar dan Diplomat Amerika Serikat dan Australia. “KAMMI akan mengirim surat kepada Presiden, Dubes Amerika, dan Duber Australia untuk menyampaikan sikap tegas KAMMI ini”, ujar Andriyana.

Ketua PP KAMMI Bidang Kebijakan Publik Arif Susanto menambahkan bahwa tidak cukup sekedar menghentikan dan meninjau kerjasama Inteligen dan kerjasama militer, harus ada sikap dan tindakan yang lebih tegas. “Pesan kemarahan Bangsa Indonesia atas kasus Penyadapan ini harus disampaikan dengan eksplisit dan tegas. Mengusir Diplomat AS & Australia akan menjadi pesar yang eksplisit dan tegas dari Bangsa Indonesia demi melindungi Kepentingan Nasional Bangsa Indonesia” lanjut Arif.

Seluruh Bangsa dan Negara di Dunia akan melakukan apapun untuk melindungi Kepentingan Nasional Bangsa mereka. Kepentingan Nasional Bangsa Indonesia yang paling utama adalah Kedaulatan Teritori dan Kesejahteraan Umum Rakyat Indonesia. Mengingat Australia ikut andil dalam menekan Presiden BJ Habibie agar terjadi referendum dan membuat Timor Timur lepas dari pangkuan ibu pertiwi, maka penyadapan AS & Australia adalah ancaman serius terhadap keutuhan NKRI. Ini adalah ancaman paling fundamental bagi Kepentingan Nasional Bangsa Indonesia. Karenanya Presiden dan Bangsa Indonesia harus tegas dan memberikan pesan eksplisit atas kemarahan dan kekecewaan kita pada AS & Australia. Bila kita tidak tegas, maka Kepentingan Nasional Bangsa Indonesia akan terancam. Ini adalah kegagalan kita dalam melindungi amanat pendiri bangsa Indonesia.

kammi.or.id

Pemuda Kini Jangan Sontoloyo

Oleh: Ridwansyah Yusuf Achmad

Berbicara pemuda, sejatinya berbicara tentang nilai-nilai pemuda, terlepas dari berapa usia biologisnya. Mengutip intisari ‘Indonesia Merdeka’, sebuah mahakarya Bung Hatta, terdapat empat nilai pemuda yang dituliskan dalam dua bab awal buku dari pledoi beliau di pengadilan Den Haag pada tahun 1928 itu:‘keberanian (untuk merombak/revolusioner)’, ‘kolektifitas-kesatuan’, ‘moralitas’, dan ‘politik’.

Keberanian untuk mendobrak, merombak, sudah sangat langka di negeri kita belakangan ini. Pemuda pada lini penyelenggara negara dan sebagian masyarakat yang terlanjur diuntungkan oleh kondisi kini cenderung memilih mempertahankan status quo, sementara pada lini rakyat luas juga kurang sadar untuk Continue reading “Pemuda Kini Jangan Sontoloyo”

Virus Hedonisme, Sampai Kapan?

Memaknai sumpah pemuda merupakan suatu hal wajib bagi generasi penerus yang saat ini tlah menikmati hasil perjuangan para pendahulu. Histori yang dari tahun ke tahun selalu diulang, namun pertanyaannya apakah generasi muda yang membacanya sadar dengan peran dan fungsi yang harus dilakukannya? Fakta dulunya perwakilan dari berbagai Jong bersatu mengikrarkan 3 butir ikrar Sumpah Pemuda dengan mengedepankan persatuan, sudahkah dijiwai dan menjadikannya sebagai semangat menghadapi tantangan kontemporer bangsa? Karena pemuda adalah aktor setiap fase perubahan bangsa, karena pemuda adalah tonggak segalanya.

Tulisan ini dibuat juga sebagai salah satu pengingat dari Continue reading “Virus Hedonisme, Sampai Kapan?”

Menjadi Kader “Laa Syai” (Dianggap Nothing)

Dalam setiap perjuangan berjamaah, kita diperlihatkan pelbagai fragmen tipe-tipe pejuang. Ada pendiri sebuah ormas-parpol-yayasan-jamaah-komunitas-DKM, namun kemudian menjadi “musuh” dan lawan antagonis yang membenci secara simultan. Berawal dari cinta tidak ada matinya, di kemudian hari berubah menjadi benci tiada henti!

Ada juga fragmen pribadi yang dianakemaskan, dibina dengan sentuhan-sentuhan tangan magis, “dibesarkan”, “ditokohkan”, bahkan “diberi ruang gerak yang lebih”. Namun di kemudian hari, ia menjadi The Jobwhat. Tidak mengerti apa yang harus dilakukan, tidak cakap menjadi pemimpin.

Di sisi lain ada juga jiwa-jiwa yang di awal hingga akhir tetap utuh. Tak terlalu nampak perubahan mencolok. Secara karir biasa-biasa saja. Posisi pun tidak berubah. Terkadang ikut rombongan untuk naik level, tapi sekali lagi ia biasa-biasa saja. Prinsipnya menjadi garam di masakan. Wujudnya tak terlalu nampak di struktur, tak terlihat di spanduk-spanduk, tak terpampang di baliho-baliho. Namun Continue reading “Menjadi Kader “Laa Syai” (Dianggap Nothing)”

Sekelumit tentang Buku: “A Confession of An Economic Hit Men” (Pengakuan Ekonom Perusak)

Oleh: Shinta Dwi Nofarina

ty-kazumi (40)

Bismillahirrahmanirrahim.

Segala puji bagi Allah SWT, shalawat salam tertuju untuk Rasulullah SAW.

Welcome, it’s time to economics #3.

Kembali lagi bersama saya, dan mari berbicara ekonomi. Okay to the point aja, simak cuplikan berikut ya, langsung dari bukunya :

Economic Hit Men (EHM) adalah profesional berpenghasilan sangat tinggi yang menipu negara-negara di seluruh dunia triliunan dolar. Mereka menyalurkan uang dari Bank Dunia, USAID, dan organisasi “bantuan” luar negeri lainnya menjadi dana korporasi-korporasi raksasa dan pendapatan beberapa keluarga kaya yang mengendalikan sumber-sumber daya alam planet bumi ini. Sarana mereka meliputi laporan keuangan yang menyesatkan, pemilihan yang curang, penyuapan, pemerasan dan pembunuhan. Mereka memainkan permainan yang sama tuanya dengan kekuasaan, sebuah permainan yang telah menentukan dimensi yang baru dan mengerikan selama era globalisasi. Aku tahu itu; aku adalah seorang EHM.

Aku menulis itu pada tahun 1982, sebagai awal sebuah buku dengan judul Continue reading “Sekelumit tentang Buku: “A Confession of An Economic Hit Men” (Pengakuan Ekonom Perusak)”

Siyasah Syar’iyah (Part 2)

B.     PENGERTIAN FIQH SIYASAH

Istilah Fiqh Siyasah merupakan tarqib idhafi atau kalimat majemuk yang terdiri dari dua kata, yakni fiqh dan siayasah. Secara etimologis, Fiqh merupakan bentuk mashdar (gerund) dari tashrifan kata fiqha-yafqahu-fiqhan yang berarti pemahaman yang mendalam dan akurat sehingga dapat memahami tujuan ucapan dan atau tindakan tertentu.

Sedangkan secara terminologis, fiqh lebih popular di definisikan sebagai Continue reading “Siyasah Syar’iyah (Part 2)”