Pengantar DisBar #1: UB Complex

Malang Panas.  karena UB macet.  UB Macet karena mahasiswa yang diterima terlalu banyak, padahal kebijakan menekan jumlah mahasiswa dengan metode spp yang beraneka ragam dari spp progresif hingga UKT, apalagi sekarang rektor baru, isunya akan mengurangi minat suatu jurusan di fakultas untuk menekan jumlah mahasiswa masuk

Kira-kira berapa banyak yang sadar akan hal-hal tersebut? Tidak usah jauh-jauh lah, berapa banyak teman jurusan yang geram cuma gara-gara hal disebut? Atau jangan-jangan hanya anda yang dijuluki sebagai seorang aktivis yang menyadarinya?

Kami tidak akan berlelah-lelah menuliskan tentang peran anda sebagai mahasiswa atau pemuda atau kaum apapun itu  dengan berbagai macam lapisan teori, karena tidak sedikit dari kita yang  tidak tahu menahu bagaimana mempraktekkannya. Cari saja mahasiswa mana yang tidak pernah ikut acara motivation training atau yang paling biasa adalah seminar-seminar, bahkan yang kerjanya hanya kuliah saja minimal mengikuti sekali saja kegiatan seperti itu dalam kehidupan indahnya di perkuliahan.

Dari masalah-masalah tersebut bisa dianalisa sebagai peluang, dan bisa saja  menjadi “wadah” pembentukan sebuah kedinamisan suatu individu atau lebih besar lagi yakni sebuah gerakan. Begitulah sunnatulloh. Jika dianalogikan sama halnya dengan hukum newton III, yakni jika ada aksi maka ada reaksi. Jadi dalam realita saat ini sang pemberi masalah dari pihak atau instansi apapun memberikan sebuah “aksi ”, dan para demonstran adalah reaktor yang memberikan reaksi terhadap kebijakan yang dianggap sebuah aksi “masalah”.

Berbagai macam permasalahan pelik yang ada disekitar kita, kadangkala patut disyukuri, khususnya bagi para aktivis yang menjuluki atau bahkan dijuluki sebagai pelantang kebenaran, sang muslim negarawan, dan para intelektual profetik, dan beberapa gerakan-gerakan lain. Mengapa patut disyukuri? Tentu saja, jika tidak ada masalah-masalah tersebut berarti sudah ada keseimbangan antara pihak-pihak terkait.  Wacana kota atau bahkan negara madani sudah tercapai, jika memang sudah tidak ada perlawanan lagi.

Kami akan membawa anda untuk menelaah berbagai masalah tersebut dalam kacamata sebagai seorang aktivis dakwah, yang bahkan disebutkan dalam Al-qur’an tentang seorang pemuda (baca surat Al-kahfi). Bahkan dalam buku-buku  bacaan yang sering ditugaskan anda dalam dauroh-dauroh yang acap kali dihadiri. Mulai dari kepahaman tentang akidah, kemudian ilmu dan akhirnya mampu merentas dinamika masyarakat nantinya. Namun Kita saat ini dilatih dalam sebuah miniatur negara yang disebut sebagai universitas.

Tidak perlu di deskripsikan sudah sebanyak apa masalah yang dihadapi oleh Indonesia, dan berapa banyak yang berkomentar tentang itu, namun hasilnya tetap sama bahkan lebih buruk. Walau agak sedikit bosan namun kami benar-benar menyaksikan sendiri saat ini, bahwa yang memberikan gejolak besar adalah mahasiswa-mahasiswa dengan keputusannya saat ini. Biarpun hanya angan-angan belaka, dan terkesan muluk-muluk, carilah teman sekelas saja yang memiliki itikad baik untuk mau mengubah negara kelak, dan bandingkan berapa banyak yang menertawakan sambil mengatakan “ Naggak usah ngimpi, Indonesia akan tetap seperti ini”.  Jika negara terkesan terlalu luas dan besar, akan saya spesifikkan pada sebuah instansi pendidikan yang ternyata juga cetakan-cetakannya yang akan mengguncang bumi Indonesia Ini.

Universitas Brawijaya merupakan Universitas besar, dan sangat popler semenjak tahun 2010. Universitas kita tercinta memiliki fluktuasi kedinamisan yang dikatakan sangat baik, sampai-sampai setiap tahun ada kebijakan yang bisa membuat siapapun menganga dan tertegun bingung. Mulai dari target penerimaan mahasiswa baru besar besaran, pembangunan yang semakin eningkat, dan biaya kuliah yang mengalahkan biaya kuliah universitas swasta.  Bahkan issue-issue saat ini pembagian beasiswa PPA-BBP dengan berbagai macam administrasinya. Jadi apakah hal tersebut salah?

Huznudannya adalah ketika ada wacana-wacana diatas dimaknai menjadi suatu hal yang baik semisal, penerimaan mahasiswa baru yang banyak bisa membantu keinginan mahasiswa daerah untuk mengenyam pendidikan lanjut, otomatis membutuhkan sedikit banyak ruang kelas dengan cara pembangunan gedung. Pembangunan gedung pun tidak akan berjalan dengan semestinya jika dana pembangunanan tidak ada sehingga dana yang terhimpun dari mahasiswa mampu digunakan untuk melakukan pembangunan, sehingga wajar saja berbagai metode pembayaran uang SPP bervariasi.

Sebaliknya jika kita berpikir agak kritis, itu semua hanya sebuah kamuflase untuk menyenangkan jasadi pribadi sang pemegang instansi. Berkebalikan dari perasangka baik tadi, dampak yang lebih buruk dirasakan oleh lingkungan disekitar Universitas Brawijaya. Sadar tidak sadar, arus lalu lintas yang terkesan agak “aneh” untuk ukuran sebah perkotaan, cari saja kota yang menerapkan hal tersebut, belum lagi kondisi presentase jembatan soekarno hatta yang saat ini mengalami penurunan akibat banyaknya kendaraan yang berlalu lalang. Logika penerimaan mahasiswa baru yang terlalu banyak akan banyak pihak  merasa diuntungkan dan dirugikan serta dirugikan , dan akan semakin banyak aksi pembenaran yang dilantangkan para aktivis.

Tidak usah dihitung berapa ratus kaliaksi yang menjunjung tinggi kebaikan dalam permasalahan ini. Bukan hanya satu pergerakan saja yang melakukan ini namun semua pergerakan yang ada dikampus. Aksi-aksi ini bisa jadi hal yang sangat menguntungkan bagi para pergerakan, karena akan menarik perhatian sebagian besar mahasiswa untuk konvensi pemira disetiap tahunnya. Menjadikan setiap kadernya berkualitas dengan berbagai macam hard dan softskill, dan agar mempermudah pengkaderan, dan akhirnya mencapai kekuasaan secara berkelanjutan.

Namun apakah KAMMI seperti itu? Apakah benar KAMMI adalah sebuah organisasi yang hanya haus akan kekuasaan? Apa yang membedakan KAMMI dengan pergerakan lain? Bagaimana metode mengatasi masalah yang di tawarkan anak-anak KAMMI?

Kami mengutip sebuah ucapan seorang aktivis kampus UB “ Kita bergerak hanya mencari ridho Alloh, kita bergerak untuk melawan kemungkaran, karena kemungkaran adalah thogut, dan thogut adalah hal-hal yang melalaikan kita untuk beribadah kepada Allah”. Sederhananya, KAMMI bukanlah gerakan yang hanya ingin menjunjung tinggi nilai keprofesionalan, namun lebih dari itu, ingin menciptakan individu-individu bermoral yang suatu saat akan mampu membawa kapal pesiar masing-masing menuju surga Allah.  Berbicara masalah kekuasaan, otomatis erat kaitannya dengan yang namanya organisasi, berjama’ah dan bersama-sama. Seorang individu memilih KAMMI berarti sudah siap untuk mampu memnajdi penggerak perubahan. Bukan berarti sombong tentang hakikat kebenaran yang diusung, namun sampai saat ini dan kapanpun standar kebenaran yang di lantangkan adalah SOP-SOP yang tercantum dalam kalam Allah. Bayangkan saja, sebuah kampus adalah kapal pesiar, dan dari kapal pesiar tersebut ada beberapa oknum yang ingin membocorkannya, apakah anda rela mengorbankan orang yang tidak bersalah untuk ikut tenggelam?