Wanita dan “Negaranya”

Oleh: Qonita Rizki D

Wanita adalah tiang Negara. Adapun sebuah Negara akan baik apabila wanita-wanita di dalam Negara itu baik. Begitupun sebaliknya, Negara akan hancur apabila wanita-wanita dalam Negara tersebut tak menjalankan tugas yang semestinya. Wanita dan “Negaranya”, kata tersebut mengantarkan kita kepada pendidikan dan pemikiran politik praktis bagi seorang wanita. Padahal yang dimaksud “Negara” adalah mengenai peran wanita itu sendiri sebagai seorang muslimah, anak, istri, ibu dari anak-anaknya, ataupun menjadi pemimpin di masyarakatnya.

Kebanyakan dari kita telah dirasuki oleh pemikiran barat bahwa seorang wanita harus menuntut pendidikan yang sama dan pentingnya kesetaraan gender yang selalu di dengung-dengungkan oleh kaum feminis. Lalu apabila semua perlakuan dan  pekerjan sama dilakukan oleh seorang wanita atau pria, dimana letak istimewanya? Tentu hal ini sangat Continue reading “Wanita dan “Negaranya””

‘Emansipasi’, Gerakan Kemajuan yang Memundurkan

Sebuah majelis fiqih sedang digelar. Narasumbernya seorang ulama besar yang baru saja datang dari Baghdad. Saat di Baghdad, keulamaannya memang sudah kerap terdengar oleh para penuntut ilmu di Mesir. Karenanya tidak sedikit kaum santri Mesir yang haus ilmu, sengaja berkelana menuju Bagdad untuk menimba ilmu dalam majelisnya.

Pada saat beliau menuju Mesir, mereka Continue reading “‘Emansipasi’, Gerakan Kemajuan yang Memundurkan”

Mengapa Aku Mencintai KAMMI?

Oleh: Amelia Dwi M

akhwat-26

Namaku KAMMI. Orang-orang juga memanggilku demikian, lebih praktis dibanding melafalkan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia. Kalau engkau teringat sesuatu begitu memanggilku, tentulah sebuah akronim KAMI yang mencatat prestasi besar (dan akhirnya kelam?) sebuah jaringan gerakan mahasiswa Indonesia dalam rentang sejarah Indonesia `66-an. Konon, atas alasan citra historis itulah founding fathers-ku mengambil nama itu, dan atas alasan ideologis menambah tasydid pada mim hingga KAMMI-lah namaku.

Continue reading “Mengapa Aku Mencintai KAMMI?”

Tahaluf Siyasi (Koalisi Politis dengan Kelompok Non-Islami)

teamwork

Istilah Tahaluf Siyasi menjadi satu istilah yang semakin dikenal, khususnya di kalangan pendukung gerakan Islam. Dengan kejatuhan khilafah Utsmaniyah di Turki pada tahun 1924, gerakan Islam yang pertama didirikan adalah Ikhwanul Muslimin di bawah pimpinan Hasan Al Banna pada tahun 1928. Pendirian gerakan ini di Mesir membaangkitkan hasrat untuk menegakkan (Tauhid) Haikimiyah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Idealisme ini berkembang ke seluruh dunia dengan Continue reading “Tahaluf Siyasi (Koalisi Politis dengan Kelompok Non-Islami)”

Tentang KAMMI

“Awalnya saya diminta untuk menuliskan sebagian kisah hidup saya, yang mungkin bisa membuat kita lebih dekat sebagai saudara. Sebuah kisah yang berujung pada kejujuran, sebuah kisah yang dituliskan dari bongkahan jiwa yang rindu akan cinta dan perenungan yang mendalam tentang makna ukhuwah”

“Tidak!” kata saya penuh selidik. Ya, sebuah kata yang terucap dari mulut saya pada waktu awal diajak untuk ikut kegiatan Dauroh KAMMI. Sejak awal saya begitu membenci orang-orang ini, entah kenapa. Saya tak memiliki alasan yang Continue reading “Tentang KAMMI”

SEKULARISME “PLUS” DAN POST-ISLAMIS

oleh: Win Ariga Mansur Malonga

ak-party-victory-2Istilah sekularisme “plus” yang jadi judul tulisan diatas sebenarnya penulis ambil dari ide nyeleneh seorang Ulil Abshar Abdallah dalam makalahnya yang berjudul “Revolusi Post-Islamis di Dunia Islam”. Istilah yang nyeleneh ini sebenarnya merupakan gambaran mengenai habitat baru yang menjelaskan hubungan antara Islam dan negara yang cukup aneh belakangan ini, terutama di negara-negara muslim yang berfaham sekuler.

Dikatakan aneh karena hubungan antara gerakan Islamis dan negara yang dulu sangat kaku dan kesannya saling bertentangan, saat ini malah Continue reading “SEKULARISME “PLUS” DAN POST-ISLAMIS”