Oleh: Septea Andre Adyana
Bismillahirohmanirohim…
Untuk bangsaku tercinta bangsa Indonesia, bangsa dengan sejuta pesona dan kekayaan alam yang melimpah. Bangsa yang menjadi rebutan bagi bangsa asing “seakan bangsa ini bagaikan segumpal daging segar yang diperebutkan oleh srigala-srigala buas”, karena kekayaan akan rempah-rempahnya, dan menjadi negara yang banyak diincar bagi negara asing karena ke eksotisannya.
Bersyukur sekali punya bangsa seindah Indonesia, tetapi sekarang makna kemerdekaan tak bisa kita rasakan kawan, kawan mau tau???
Negara dengan sebutan negara agraris karena hasil pertaniannya sekarang sudah mulai ditinggalkan karena adanya mall, supermarket, industri, dll. Bahkan Indonesia sering import bahan-bahan hasil pertanian dari negeri tetangga, semiskin apa sekarang Indonesia? “Coba kita renungkan kawan”
Negara dengan sebutan negara maritim karena banyaknya pulau-pulau di Indonesia, ada ribuan pulau yang terpampang nyata di bangsa ini dari Sabang sampai Merauke, tetapi sekarang sudah tak terdengar karena banyak pulau-pulau kita yang dahulu di perjuangkan dijual dan digadaikan kawan, semiskin apa kawan bangsa ini sampai menjual dan menggadaikan pulau? “Coba kita renungkan kawan”
Patutkah kita bangga kawan dengan umur bangsa ini yang sudah mulai tua, pada angka 68 tahun seharusnya menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang kokoh, kuat, dan tegar dalam menjalankan dan mengisi kemerdekaan, tetapi yang terjadi adalah sebaliknya kawan. Apakah masyarakat dan khususnya pemimpin-pemimpin bangsa di Indonesia ini mau digantikan dengan masyarakat dan pemimpin-pemimpin yang lain oleh Sang pencipta, ketika tangan ini, lisan ini, dan hati ini sudah tak mampu melindungi bangsa sendiri dari intervensi bangsa asing seperti semangat nasionalisme para pejuang pendahulu kita.
Patutnya kita malu kawan dahulu para pejuang yang berkorban memperjuangkan tanah air ini mengorbankan harta benda, keluarga dan sanak saudara, dan jiwanya sendiri hanya untuk mendapatkan sebuah kebebasan yang seutuhnya bukan sebagai negara serikat/ RIS yang pernah terjadi di Indonesia, atau sebagai Hindia-Belanda kawan. Para pejuang menginginkan sebuah kebebasan yang sejati bukan kebebasan palsu. Pengorbanan mereka dahulu seraya tak pernah dihargai dengan mudahnya para pemimpin bangsa ini menjual dan memberikan kesempatan bagi bangsa asing untuk berinvestasi dan mengambil sedikit demi sedikit kekayaan alam kita tak hanya rempah-rempah sekarang juga tambang.
Percayakah kalian kawan dengan pemimpin bangsa yang menjual aset dan kekayaan alam kita hanya demi sebuah gelar? “serakus apa pemimpin kita”
Percayakah kalian kawan dengan pemimpin bangsa yang menjual para wanita kenegara asing sebagai seorang TKW dan mengalami banyak siksaan dan pelecehan seksual di negara asing, karena tak adanya lapangan pekerjaan yang menampung di negara ini? “setega apa pemimpin kita kawan”
Percayakah kalian kawan dengan pemimpin yang tak mampu menyelesaikan permasalahan korupsi bangsa ini, yang sudah sangat akut dan membudaya. Hingga Indonesia tidak dikenal lagi sebagai negara yang santun, tetapi negara dengan tingkat korupsi terbesar di sekitas kawasan Asia? “sepeduli apakah pemimpin kita kawan”
Percayakah kalian kawan dengan pemimpin yang hanya diam dan berpangku tangan dengan kondisi saudara-saudara di negara Timur tengah yang sedang menghadapi gejolak pertempuran, padahal dahulu yang mendukung bangsa ini merdeka sah secara de jure adalah Palestina, Mesir, dan kemudian diikuti oleh Suria dan negara-negara timur tengah yang lain, tapi apakah buta pemimpin kita tentang kisah sejarah itu?
Hari ini saya rindu dengan kepemimpinan bapak proklamator kita bapak Ir. Soekarno yang menurut saya adalah “The Real President in Indonesia” dengan pernyataan yang terkenal “Berdikari: Berdiri dengan Kaki Sendiri”, bukan hanya sekarang yang cenderung bersembunyi di ketiak para penjajah asing dan dikebiri sedikit demi sedikit. Hari ini saya juga rindu dengan bangsa ini sebagai bangsa yang bisa menjadi contoh bagi bangsa lain dalam pembebasan negara-negara lain di kawasan Asia dan Afrika, salah satu penggagas Konfresi Asia-Afrika (KAA) juga bangsa Indonesia. Hari ini kerinduanku tentang itu terhadap bangsaku telah sirna karena pemimpin sekarang tak seidealis pemimpin-pemimpin bangsa Indonesia tercinta pada zaman dahulu.
Semoga arwah para pejuang/ pahlawan Indonesia yang memperjuangkan bangsa ini dengan tetesan kringat, darah, dan nyawa kalian dengan tekat nasionalisme yang kuat serta berjuang atas dasar keyakinan yang kuat sebagai manusia yang berTuhan dapat bersemayam dengan tenang, walaupun bangsamu yang kalian perjuangkan dahulu sekarang menjadi bangsa yang yang tidak sekuat dan seberharga dahulu. Bahkan bangsa ini menjadi “Sapi Perah” bagi bangsa asing yang menjajah bangsa Indonesia secara perlahan.
Kawan mari kita isi kemerdekaan ini dengan hal yang bermanfaat bagi pribadi kita, orang disekitar kita, bangsa kita, dan negara-negara di luar bangsa kita tercinta bangsa indonesia. Dengan ilmu yang kita miliki sebagai seorang kaum intelektualitas yang menjunjung tinggi nilai-nilai intelektualitas dan serta nilai-nilai keTuhanan dalam setiap tindakan kita, kita ciptakan Indonesia baru dengan kitalah kaum muda yang nantinya mengisi pos-pos kekuasaan bangsa Indonesia yang tercinta. Tetapi untuk itu kita mulai dengan yang paling sederhana kita mengabdikan diri kita di kampus tercinta sebagai seorang aktifis yang memiliki kepedulian kepada sesama “bukan aktifis palsu”, dan segerakan meyelesaikan pendidikan kita sebagai seorang mahasiswa dan mendapat gelar sarjana dengan indek prestasi yang sangat memuaskan jangan terlalu lama dikampus karena kita perlu menengok saudara-saudara kita nan jauh disana kawasan lain indonesia yang tak tersentuh oleh pemerintah membutuhkan uluran bantuan kita dari segi pendidikan, kesehatan, pemahaman nasionalisme, pembentukan karakter, kemiskinan dan dan masih banyak lagi masalah bangsa ini yang perlu kita selesaikan malalui tangan kita dahulu baru mengajak orang lain.Semoga semangat kita sebagai seorang pemuda tak akan pernah luntur ditelan oleh zaman dan selalu tetap istiqomah dalam memperjuangkan kehormatan bangsa ini yang sudah di ujung tanduk.
Uangkapan Cintaku pada para pejuang bangsa Indonesia tercinta, semoga kelak kami para pemuda mampu meniru jasa-jasamu. Dari pemuda yang rindu akan kemerdekaan bangsa Indonesia tercinta yang seutuhnya bukan lagi kemerdekaan yang hanya “Fatamorgana”
Wasalam…
Merdeka… Merdeka… Merdeka…